B. inggris

Pertanyaan

dampak negatif upcara bendera

2 Jawaban

  • Dalam pemikiran saya yang jahat (hehee), rutinitas ini sudah tidak layak dipertahankan lagi karena membosankan, membuang-buang waktu dan tidak memberikan manfaat nyata.Upacara itu membosankan. Mulai dari SD hingga SMA, ritualnya tetap sama. Dimulai dengan baris berbaris, prosesi upacara, pembacaan Pancasila serta pembukaan UUD 1945, menaikan bendera sambil menyanyikan Indonesia Raya, mengheningkan cipta bagi pahlawan bangsa yang telah gugur, pidato kepala sekolah, dll. Bagi murid SD tahun pertama, upacara setiap hari Senin pagi menjadi ritual yang sangat dinantikan. Namun, seiring dengan perkembangan umur dan perjalanan waktu, kegiatan ini membuat murid-murid menjadi terbiasa dan kurang memberi perhatian pada isi dari kegiatan upacara ini. Dan saat murid menjadi bosan, perhatian mereka akan mudah teralih, misalnya, berbicara dengan teman-temannya ketika upacara berlangsung, bercanda, dan lainnya. Jangankan murid, guru-gurunya pun sering berbincang sendiri. Guru adalah contoh teladan bagi murid. Salah besar kalo guru menghukum muridnya karena ribut saat upacara. Ya tidak lain dan tidak bukan, alasan para guru juga sama, BOSAN harus berdiri terus-terusan di bawah terik matahari (biar masih pagi kan tetap aja kepanasan) yang secara REAL terlihat, hanya untuk mendengarkan kepala sekolah yang sedang ceramah. Asal kalian tau, jauh dari lubuk hati sang kepala sekolah (ceileee...) dia juga sangat-sangat merasa bosan. Masih mending guru dan murid hanya diam di tempat. Sedangkan kepala sekolah, harus mengeluarkan energinya secara percuma untuk mengeluarkan kata-kata yang belum tentu didengar oleh para peserta upacara. Belum lagi ia harus mempersiapkan pidato untuk tiap minggunya. 
    Ada yang bilang, "Upacara untuk menanamkan disiplin anak muda sejak dini." Coba dipikirin lagi, betul gak sih?? Kita liat aja faktanya saat upacara. Keberadaan guru pengawas untuk mengatur disiplin siswa juga tidak banyak membantu. Murid dan guru sangat dirugikan oleh kegiatan rutin di awal minggu macam ini. Dan sesudah upacara selesai, pemborosan waktu ini dilanjutkan oleh guru dan murid. Sesudah upacara, murid-murid tidak langsung masuk kelas. Mereka akan duduk dulu di lapangan atau di luar kelas. Alasannya? "Capek", "dinginin kepala dulu Bu sebelum belajar", "males belajar karena otaknya baru habis digoreng (oleh matahari)". Sedangkan guru,  beberapa guru sudah tidak muda lagi usianya, mereka menhabiskan waktu dulu selama 10-15 menit untuk beristirahat, bincang santai, minum kopi, merokok, menceramahi siswa yang tertangkap tidak disiplin saat berbaris, dll.Selain alasan di atas, upacara bendera juga tidak memberikan manfaat nyata. Karena sudah terbiasa, murid-murid sudah tidak peduli lagi mengenai tujuan dari upacara bendera. Bagi mereka, upacara adalah satu rutinitas yang harus dilakukan setiap hari Senin, tidak lebih. Kalaupun ada alasan upacara itu diperlukan untuk menanamkan nasionalisme, saya yakin ada cara lain yang lebih baik daripada melakukan upacara setiap hari Senin pagi. Lihat orang-orang yang duduk pemerintahan sekarang ini. Berapa banyak dari mereka yang layak disebut sebagai seorang nasionalis? Padahal mereka dulu mengikuti upacara bendera sejak dari SD hingga SMA. Kalau anda pegawai negeri, maka anda sudah mengikuti upacara sejak dari SD hingga kini.
  • - we suddenly get tired
    - some part of our body suddenly feel stiff (especially our legs)
    - we suddenly get bored because we have to listen to our teacher’s lecture

Pertanyaan Lainnya